Albertus Kriswandhono adalah pegiat konservasi bangunan tua di Indonesia. Kris kemudian mendirikan sebuah lembaga konservasi non-profit bernama ERTIM (Edukasi untuk Restorasi, Transformasi, Intervensi dan Modifikasi). Kriswandhono menjadi narasumber dalam acara Lokakarya Konservasi Bangunan Lama yang diselenggarakan Kecapi Batara. Kris berkesempatan menceritakan pengalaman dan pandangannya mengenai konservasi bangunan tua.
Sudah berapa tahun menggeluti kegiatan konservasi bangunan?
Saya mulai tahun 2004. Waktu itu saya sudah 45 tahun. Saya pikir waktu itu sudah “selesai”. Ternyata saya harus memulai sesuatu yang baru.
Apa tujuan awal melakukan konservasi bangunan tua?
Karena orang-orang banyak yang tidak memperhatikan. Ilmu itu pun (konservasi bangunan) tidak ada sekolahnya.
Apakah kegiatan konservasi bangunan di Indonesia mendapat perhatian?
Belum. Di sini banyak yang berbicara soal konservasi, tetapi tidak melakukan tindakan. Jadi mau bagaimana? Makanya saya kemudian masuk S2 arkeologi untuk cari sumber ilmunya.
Adakah tujuan lain konservasi bangunan selain untuk menjaga bangunan itu tetap kokoh berdiri?
Konservasi bangunan itu berarti mempertahankan jejak sejarah sebuah bangunan, wilayah, kota, ataupun negara. Bahwa pada suatu era tertentu ada suatu peradaban dan segudang kebudayaan. Jadi Indonesia itu tidak lahir tiba-tiba begitu saja. Sebelum merdeka ada masa kolonial, jauh sebelumnya masa Hindu-Buddha, jauh kemudian juga ada masa pra-sejarah. Manusia dulu ada di sini, kemudian bagaimana kebudayaannya, kita dapat mengetahui sejarah itu.
Jadi itu merupakan proses yang panjang?
Itu merupakan rangkaian panjang yang kalau mau diringkas, kita harus sadar bahwa Indonesia tidak tiba-tiba 1945 ada. Ada perkembangan dan bertahap. Itu penting sekali supaya kita bisa mengerti. Mengerti jika ke depannya kalau mengulang hal yang sama bisa salah. Kita jadi bisa memperbaiki diri terus-menerus. Kalau tidak ada buktinya berupa bangunan lama, kan tidak bisa.
Nilai apa yang harus dimiliki konservasi bangunan?
Dalam sisi pendidikan ada pembelajaran sejarah. Tapi setelah melestarikan pun, harus bertanya juga kemudian apa selanjutnya. Pastinya harus punya nilai baik ke depannya, seperti nilai ekonomi. Gedung yang sudah dikonservasi diisi saja dengan kegiatan ekonomi semisal sudah menjadi kafe. Namun, kalau penghasilan sudah meningkat, keadaan sudah membaik, tidak perlu terlalu banyak kafe. Bisa dijadikan perpustakaan, atau tempat latihan. Pokoknya suatu hal positif. Konservasi itu harus membawa manfaat ke lingkungan sekitar.
Apakah konservasi berhubungan dengan manusia di sekitarnya?
Tentu, karena ketika kita membicarakan mengenai pelestarian bangunan, itu juga berhubungan dengan kesejahteraan manusia, meski secara tidak langsung. Orang-orang harus mengerti dulu manfaat konservasi. Kalau tidak mengerti konservasi kan tidak memahami manfaatnya.
Bagaimana konservasi bangunan yang mesti mengalah pada kegiatan ekonomi?
Secara ekonomi mungkin bisa saja merobohkan bangunan lama lebih memajukan perekonomian. Tetapi kegunaan konservasi itu bermacam-macam, menjelaskannya pun harus bermacam-macam. Kalau semuaya ekonomi ya pasti selesai, bangunan lama pasti habis semua. Ya dari satu lantai jadi dua puluh lantai, ekonominya pasti lebih tinggi yang 20 lantai. Tapi, hidup itu tidak cuma masalah ekonomi. Maka berpikirnya harus utuh.
Di mana pengalaman konservasi yang paling menarik ?
Lawang Sewu. Tempat itu dulu diperebutkan banyak orang, tetapi mereka tidak mengerti untuk apa. Hanya peduli masalah ekonomi saja.
Reporter : Miguel, Mahasiswa Bahasa Mandarin UNJ, Pegiat LKM UNJ