Mengapa kita memerlukan medium video sebagai pengantar pesan? Lalu apa yang membedakannya dengan film?
“Video itu bentuk lain yang melawan arus wacana film dan televisi,” kata Erbi dari OK Video disela pertemuan ke tujuh Remedial di Gudskul (3/30). Tahun 2003 OK Video hadir menjadi pengumpul video-video di Indonesia. Pernah suatu ketika OK Video mengumpulkan pelbagai video yang dihasilkan dari jurnalisme warga.
Sebagai kolektif seni yang berkaitan dengan seni dan teknologi OK Video juga mengadakan pelbagai festival sebagai rangkuman kerja riset OK Video. Tahun 2017 misalnya OK Video mengadakan festival OK Pangan.
Saat pemaparan materi Erbi juga menampilkan video “Resisten Forest Food”. Erbi bercerita mengenai seniman video yang membuat karya seni berupa performance art yang dikemas dalam sajian makan malam. Seniman masuk ke pedalaman hutan Kalimantan melakukan riset mengenai tumbuhan endemik. Seniman juga meriset mengenai cara memasak yang dilakukan masyarakat yang hanya menggunakan garam dengan teknik bakaran dan rebusan.
Tentu video itu punya pesan kuat mengenai deforestasi hutan. Bagaimana masyarakat bertahan hidup dari mulainya kelangkaan bahan makanan yang diakibatkan deforestisasi hutan. Dari cerita Erbi itu dapat dikatakan seniman juga seperti periset antropologi ataupun sosiologi yang coba memetakan dan mendeskripsikan permasalahan melalui video dokumenter. “Seniman memerlukan bentuk riset seperti wawancara,” jelas Erbi.
Media sosial
Sesi kedua pertemuan bersama OK Video diisi Gelar Soemantri seniman seni media yamg banyak bereksperimen dengan platfrom media sosial seperti instagram sebagai medium berkarya. Gelar Soemantri bercerita mengenai Georges Méliès seorang pesulap dan juga seorang sineas. Di tangannya, lembaran-lembaran gambar tangan menjadi sebuah gambar bergerak. Georges Méliès adalah sineas yang pertama kali menyadari film dapat memikat dan menghipnotis penonton.
Kini media sosial seperti instagram adalah wahana baru bagi orang-orang bermain-main dengan video. Instagram menjadi bentuk baru medium ekspresi karya seni. Bentuk video itu bisa ditemukan pada meme. “Karya seni mungkin gak ada yang baru, tapi medium seninya yang baru,” kata Gelar.
Peserta remedial pun belajar membuat video meme di instagram. Peserta mulai bereksperimen membuat video meme yang akan ditayangkan di instagram masing-masing. Elang misalnya ia membuat video meme yang menggambarkan repotnya orang-orang karena pemadaman listrik. Fenomena itu ia buat dalam bentuk video meme berdasarkan pengalamannya di rumah ketika mati lampu.