Mantan pacar diingat lewat lagu, novel, puisi, film, dan lebih sering lewat meme. Dalam musik, mantan merupa penyesalan, kesedihan, kekecewaan, amarah hingga dendam. Penikmat musik akrab dengan lagu Raisa berjudul Mantan Terindah yang dirilis tahun 2013. Kita nikmati kembali sebagian liriknya, mau dikatakan apa lagi/ kita tak akan pernah satu/ engkau di sana aku di sini/ meski hatiku memilihmu. Lagu menampilkan kesedihan dua mantan kekasih yang telah berpisah namun ingin kembali berpacaran. Hubungan sudah terlanjur diputus dan keinginan untuk kembali tidak terpenuhi. Tidak ada pilihan lain bagi mereka selain mengenang kekasih lama sebagai mantan terindah.
Dalam meme, rupa mantan menjadi berbeda. Mantan itu lelucon dan hiburan. Meme tentang mantan diproduksi terus-menerus tanpa kebosanan. Kita menemukan meme mantan menumpuk di media sosial. Beberapa bulan yang lalu heboh meme dengan kalimat “dear mantan, maafkan aku yang dulu ya”. Meme menampilkan perbandingan foto lawas dan foto baru seseorang dengan menonjolkan perubahan fisik yang semakin menarik. Meme bernada sindiran kepada mantan, lekaslah menyesal karena dulu meninggalkan sosok yang sekarang menjadi rupawan. Meme cenderung dibuat untuk memicu kehebohan dan tawa. Masa-masa putus cinta yang dulu ditangisi justru sekarang dirayakan.
Qhonita mengesampingkan meme ketika berbicara mantan. Ia memilih mengenang mantan pacar lewat puisi, dibukukan dengan judul Dari Aku yang Katamu Tak Pernah Serius Perihal Urusan Cinta (2018). Kisah cinta berujung perpisahan tidak diingat sebagai pengalaman yang mesti disesali atau ditertawakan. Dalam kata pengantar, Qhonita menuliskan, “puisi ini saya persembahkan untuk kedua laki-laki hebat yang sudah memberikan kebahagiaan dalam keseharian saya, dan juga sudah membentuk jiwa saya menjadi persona yang lebih kuat.” Puisi cinta tidak hanya dibuat ketika pasangan sedang berada di puncak asmara. Sebagai mantan, Qhonita ingin mempersembahkan hadiah romantis. Puisi dituliskan sebagai pembuktian jika perpisahan tidak selalu berujung permusuhan, dendam dan kebencian. Qhonita menawarkan hubungan baru, jika tidak berjodoh para mantan masih bisa menjalin pertemanan.
Meskipun kata pengantar menyiratkan Qhonita sudah move on dari mantan, mayoritas puisi masih bercerita mengenai kegalauan anak remaja yang sedang jatuh cinta dan patah hati. Kita bertemu kegelisahannya dalam puisi berjudul Sosok Baru yang tak Kau Kenalkan Padaku. Kita cerap sebagian isinya, Aku di sini selalu mendoakanmu/ iya,/ mendoakanmu di sepertiga malamku/ di saat kamu ‘bersenang-senang’/ belajar mengenal persona baru/ yang bisa kusebut/ dia.
Cinta Qhonita tak terbalas, laki-laki yang disukai lebih memilih sosok ‘dia’. Sakitnya patah hati dibarengi dengan rasa penasaran tentang ‘dia’ yang mengambil hati si laki-laki. Di masa remaja, hubungan percintaan sering melibatkan kecemburuan dan persaingan antar perempuan. Dengan diam-diam mereka bersaing lewat penampilan, prestasi hingga kesalehan. ‘Dia’ tak kunjung Qhonita kenal, kupanggil dia dengan sebutan ‘dia’/ karena kau tak mau mengenaliku dengan ‘dia’/ ah/ mungkin kau berpikir bahwa aku akan menyakiti dia.
Beralih dari berbicara mantan, Qhonita berpuisi mengenai Pelajaran cinta dari Ayah. Ia menulis, Ayah pernah mengajarkanku/ tentang cinta/ rasa cintanya membuat aku nyaman/ dan lupa bahwa akan ada cinta-cinta lainnya/ yang akan hadir ke dalam hidupku. Ayah digambarkan sebagai laki-laki dengan cinta yang sempurna, penuh kelembutan dan kesetiaan. Sang anak menghendaki cinta dari kekasih dengan kadar cinta seperti sang ayah. Bagi anak perempuan sosok ayah adalah referensi untuk mencari pacar atau jodoh idaman. Sosok itu dicari namun tidak kunjung ditemukan. Aku berpikir bahwa semua cinta/ akan memiliki rupa yang sama/ dengan cinta yang diberikan oleh ayah/ ternyata tidak/ semuanya terasa sangat berbeda.
Sosok laki-laki seperti ayah sesaat hadir dalam puisi Kamu yang (Dulu) Mewarnai Hariku. Qhonita berbicara kepada ‘kamu’, Kamu/ datang saat hariku berwarna kelabu/ hari itu, kamu datang dengan pujian/ manis, senyum yang menawan/ kamu seperti melukis,/ hari ini/ esok/ seterusnya/ dengan warna-warna ceria. Cinta itu penuh dengan rayuan. Hubungan sempat terjalin indah namun hanya untuk sementara. Kalimat-kalimat rayuan menghilang bersamaan dengan kepergian sang laki-laki. Hubungan itu berakhir, kalimat-kalimat elok yang membuat terlelap/ di malam itu/ kembali membuatku terjaga/ karena delusi-delusi tidak rasional itu.
Puisi-puisi Qhonita berasal dari ungkapan hati anak remaja yang terbuka dan apa adanya. Sebagai penulis pemula, puisi-puisinya masih memiliki kekurangan di banyak bagian. Kesulitannya menulis berasal dari ide dan kepemilikan bahasa yang masih sedikit. Untuk itu Qhonita masih membutuhkan banyak perkenalan dengan puisi-puisi dari berbagai penulis. Namun seperti yang dikatakan sang editor, Doni Ahmadi jika, “untunglah Qhonita masih muda dan masih memilik banyak waktu untuk memperdalam sajak-sajaknya.” Kita menunggu kembali puisi-puisinya dengan bahasa dan pengalaman menulis yang lebih mapan.
Sarah
Kontributor dalam buku Sepanjang Jalan Kota